Salam dari Ketua
Kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk mengisi materi tentang cidera olahraga di DBL camp Surabaya. Ada 200 orang atlet muda dari seluruh Indonesia berpartisipasi. Setelah sekitar 1 1/2 jam memberikan materi mereka ada yang tertarik ada yang tidak. Lalu dibuka acara diskusi, nah pada acara diskusi ini barulah mereka antusias untuk mengeluhkan cidera yang merekan alami.
Yang membuat terkejut adalah hampir 40 orang yang mengeluh pernah mengalami atau masih cidera saat ini. Dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata banyak dari mereka yang sudah menjadi “korban” penanganan Fisioterapi. Mengapa saya sebut korban, karena mereka semua mengeluh tidak merasakan manfaat apa apa dari penanganan Fisioterapi yang dilakukan. Ini merupakan tamparan keras buat saya. Lalu saya dengan satu teman saya mencoba untuk sekedar memberikan penanganan untuk manajemen nyerinya saja dulu. Dan tamparan yang lebih keras lagi ketika mereka bilang kok beda sama Fisioterpis di tempat saya. Saya lalu berpikir salah siapakah ini. Mengapa kita belum bisa punya standart yang sama. Apakah kurang pelatihan pelatihan yang sudah PFOI lakukan atau teman teman saya yang terlalu angkuh sehingga merasa tidak perlu belajar lagi. Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Yang penting saya mengajak teman teman sejawat semua mari kita berikan yang terbaik buat pasien kita, mengapa negara lain bisa berpikir untuk meningkatkan pengetahuan agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasiennya, tapi mengapa kita hanya selalu berpikir soal kampung tegah.
Ini jadi PR kita semua kawan ………